Jumat, 30 September 2016

Hakikat Membaca

Posting : Dede Kuswanda, S.Pd.,M.Si.


Hakikat Membaca    
   Istilah ‘membaca’ sering dipakai, bukan saja dalam kaitannya dengan kajian disiplin ilmu melainkan juga dipakai oleh orang kebanyakan, seperti dalam ungkapan membaca alam, membaca hati, membaca mimik muka, dan lain-lain. Dengan memadukan kedua sudut pandang itu, hakikat membaca dapat dikalsifikasikan ke dalam tiga kelompok pandangan, yakni (a) sebagai interpretasi pengalaman, (b) interpretasi lambang grafis, dan (c) paduan dari interpretasi pengalaman dan lambang grafis..
       Dalam kaitannya dengan kajian displin ilmu, hakikat membaca dapat ditelusuri dari definisi-definisi berikut.
1) Membaca merupakan proses pengubahan lambang visual (katon) menjadi lambang bunyi (auditoris). Pengertian ini menyiratkan makna membaca yang paling dasar yang terjadi pada kegiatan membaca permulaan. Pada tahap ini kegiatan membaca lebih ditujukan pada pengenalan lambang-lambang bunyi yang belum menekankan aspek makna/informasi. Sasarannya adalah melek huruf.
2) Membaca merupakan suatu proses decoding, yakni mengubah kode-kode atau lambang-lambang verbal yang berupa rangkaian huruf-huruf menjadi bunyi-bunyi bahasa yang dapat dipahami. Lambang-lambang verbal itu mengusung sejumlah informasi. Proses pengubahan lambang menjadi bunyi berarti itu disebut proses decoding (proses pembacaan sandi).
3) Membaca merupakan proses merekonstruksi makna dari bahan-bahan cetak. Definisi ini menyiratkan makna bahwa membaca bukan hanya sekedar mengubah lambang menjadi bunyi dan mengubah bunyi menjadi makna, melainkan lebih ke proses pemetikan informasi atau makna sesuai dengan informasi atau makna yang diusung si penulisnya. Dalam hal ini, pembaca berusaha membongkar dan merekam ulang apa yang yang tersaji dalam teks sesuai dengan sumber penyampainya (penulis).
4) Membaca merupakan suatu proses rekonstruksi makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan siap pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis, dan konteks bacaan.
Keempat definisi di atas memperlihatkan rentangan definisi membaca dari yang paling sederhana yang bertumpu pada kemampuan melek huruf hingga kemampuan sesungguhnya yang bertumpu pada melek wacana. Yang dimaksud dengan melek huruf adalah kemampuan mengenali lambang-lambang bunyi bahasa dan dapat melafalkannya dengan benar. Kemampuan melek huruf merupakan sasaran pembelajaran membaca permulaan yang harus berakhir maksimal di kelas II sekolah dasar. Sementara itu, yang dimaksud dengan kemampuan melek wacana adalah kemampuan mengenali, memahami, dan memetik makna/maksud dari lambang-lambang yang tersaji dalam bahasa tulis itu dalam artian yang sesungguhnya. Kemampuan melek wacana merupakan sasaran dari pembelajaran pembaca tingkat lanjut.

Tujuan Membaca         Terdapat enam tujuan utama membaca, yaitu sebagai berikut.
a. Memperoleh informasi tentang suatu topik. Kegiatan tersebut dialkukan, antara lain, ketika membaca berita, surat, dan sumber-sumber bacaan sejenis lainnya.
b. Memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu kegiatan ataupun tugas bagi pekerjaan/kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja alat-alat rumah tangga).
c. Menguasai akting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan teka-teki. Dalam kepentingan ini, seseorang perlu menghapal dan mengasai bahan bacaannya/
d. Berhubungan dengan orang lain, misalnya melalui baca-membaca pesan (SMS), surat/e-mail, dan sarana jejaring sosial lainnya.
e. Memperkirakan suatu peristiwa atau kejadian. Dengan membaca berbagai data, seseorang bisa melakukan predikai atau suatu fenomena yang akan terjadi.
f. Memperoleh kesenangan atau hiburan. Misalnya, ketika seseorang membaca karya-karya sastra.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membacaa. Faktor Intelegensia     Intelegensia atau kecerdasan merupakan kemampuan mental atau potensi belajar yang berpengaruh terhadap proses pemahaman seseorang. Hal tersebut termasuk kemampuan memahami orang itu terhadsap bacaan. Semakin cerdas seseorang, samakin mudah pula baginya untuk memahami konsep-konsep yang ada pada bacaan itu. Seseorang yang sulit memahami bacaan dapat diduga bahwa orang itu memiliki kecerdasan yang cukup rendah sehingga ia tidak lancar di dalam memahami dan menghubungkan antar konsep yang ada di dalamnya.

b. Faktor Sikap     Faktor sikap terkait dengan antusiasme, sudut pandang, pola pikir, dan minat seseorang terhadap suatu bacaan. Adapun sikap itu sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor pengalaman, jenis kelamin, agama, budaya, ideologi, dan faktor-faktor lainnya. Antusiasme yang tinggi dapat berpengaruh pada kemudahan orang itu dalam memahami bacaan. Demikian halnya dengan sudut pandang dan pola pikir, termasuk keyakinan orang itu, juga berpengaruh pada persepsi terhadap suatu bacaan. Misalnya, seseorang yang kagum terhadap seseorang, ketika membaca bahan bacaan yang negatif terhadap tokoh yang ia dolakan, akan menjadi enggan untuk membacanya, dan uraian yang di dalamnya pun menjadi sulit ia pahami.

c. Faktor Penguasaan Bahasa     Tinggi rendahnya penguasaan bahasa seseoran berpengaruh besar terhadap tingkat pemahaman orang itu terhadap suatu bacaan. Misalnya, seseorang yang begitu menguasai bahasa Indonesia akan sangat mudah baginya untuk membaca berbagai bahan yang berbahasa Indonesia. Akan sulit bagi yang lainnya yang
penguasaan bahasa Indonesianya sangat rendah. Penguasaan bahasa terkait pula dengan bidang peristilahan yang ada di dalamnya. Seorang guru yang terbiasa dengan istilah pendidikan dan keguruan, akan mudah di dalam memahami teks yang menggunakan istilah kurikulum, UKG, tunjangan fungsional, sertifikasi, silabus, RPP, dan istilah-istilah sejenisnya dibandingkan dengan dokter, politisi ketika membaca bahan bacaan yang sama.

d. Faktor Bahan Bacaan        Bahan sangat beragam, baik itu dalam hal genre, tema, ataupun dalam bentuk penyajiannya. Bahan bacaan genre fiksi, bertema petualangan, dan disajikan dengan aneka gambar yang menarik serta jenis huruf yang variatif dapat meningkatkan daya baca seorang siswa. Bahan-bahan bacaan seperti itu mudah pula meeka pahami. Mereka sangat senang membacanya dibandingkan dengan bacaan-bacaan lainnya yang bertema politik, penuh dengan aneka rumus, tulisannya kecil-kecil, dan sajian yang sangat monoton.
  Jenis-Jenis Membaca 
   Agar dapat memahami beragam bacaa, seseorang memerlukan pula beragam cara membaca yang
tepat sehingga semua bacaan dapat dipahami dengan cepat dan baik. Berikut disajikan ragam dan teknik membaca untuk memahami teks.
 
1. Membaca Literal    Membaca untuk pemahaman literal, yang melibatkan pemerolehan informasi yang langsung dinyatakan dalam wacana adalah penting dan juga merupakan prasyarat untuk pemahaman tingkat lanjut. Contoh keterampilan yang terlibat adalah kemampuan untuk mengikuti petunjuk dan kemampuan untuk menyajikan kembali materi tertulis melalui bahasanya sendiri. Dasar pemahaman membaca literal meliputi pemahaman ide terhadap gambaran detil realitas tersurat, pemahaman hubungan realitas sebab-akibat, pemahaman peristiwa realitas tersurat, dan pemahaman urutan gagasan terhadap isi teks. Membaca literal merupakan dasar dari keseluruhan keterampilan membaca karena pembaca harus memahami apa yang ditulis oleh penulis sebelum membuat penilaian.
 
2. Membaca Interpretif    Dalam kegiatan membaca interpretif, pembaca memahami ide-ide implisit dalam sebuah wacana. Ia melakukan proses membaca ide yang berasal dari makna tersirat bukan berasal dari fakta langsung. Untuk itu, seseorang harus memiliki keterampilan membuat peramalan terhadap peristiwa yang terjadi di dalam teks, memahami makna tersirat, menghubungkan dan membandingkan gagasan untuk mendapatkan interpretasi makna-makna kias dalam bacaan serta membuat simpulan-simpulan tentang:
a. ide pokok dalam bacaan;
b. hubungan sebab akibat;
c. suasana isi bacaan;
d. tujuan penulis.

3. Membaca Kritis     Membaca kritis adalah suatu kegiatan membaca yang disengaja dengan membutuhkan pengujian konsep dan ide-ide untuk penilaian. Siswa memahami bacaan secara kritis yang ditandai oleh kemampuan memberikan pertimbangan, mengajukan prediksi, memberikan penilaian, dan memberikan alternatif gagasan.     Untuk memandu proses pemahaman kritis, siswa melakukan kegiatan proses berpikir kritis, yaitu membedakan realitas faktual dan fiksional, mendeteksi bias atau kesan subjektif penulis, menghubungkan data faktual dengan pendapat penulis, menghubungkan berbagai kriteria dan fakta sebagai dasar untuk membuat penilaian.
 
4. Membaca Kreatif    Dalam hal ini seseorang memahami bacaan melalui pengajuan alternatif gagasan baru tanpa dipengaruhi oleh gagasan bacaan yang telah dibacanya. Untuk memandu proses pemahaman kreatif, pembaca melakukan proses berpikir kreatif dengan cara:
a. menemukan alternatif gagasan secara mandiri;
b. memanfaatkan pengetahuan siapnya untuk digunakan dalam situasi yang baru;
c. mengajukan cara-cara baru yang tepat sebagai alternatif pemecahan masalah.

DAFTAR PUSTAKA

Harjasujana, A.S. & Damaianti, V.S. 2003. Membaca dalam Teori dan Praktik. Bandung: Mutiara.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores: NusaIndah.
Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung:
          Yrama Widya.
Kosasih, E. 2014. Jenis-jenis Teks dalam Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Kosasih, E. & Restuti, 2015. Mandiri Bahasa Indinesia SMA 1-3. Jakarta: Erlangga.
Kridalaksana, H. 1981. Bahasa Indonesia Baku: dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, Jilid II, Tahun 1981, 17-24. Jakarta: Bhratera.
--------------. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan den Pengembangan Bahasa.
Ngurah Oka, I gusti. 1983. Pengantar Membaca dan pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional.
Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Nurhadi. 2000. Membaca cepat dan efektif. Bandung : Sinar Baru dan YA 3 Malang
Soedasono. 1991. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca : Teknik Membaca Efektif dan Efesien. Bandung : Angkasa.
Tarigan, Djago. 2001. Pendidikan Keterampilan Berbahasa Jakarta: Depdiknas.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
-----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar